Skoliosis pada ibu hamil sering dianggap bisa mengganggu perkembangan janin dan membuat proses persalinan menjadi tidak nyaman. Namun, benarkah demikian? Mari, simak artikel Medikacare berikut ini untuk mengetahui faktanya.
Ibu hamil biasanya mengalami beragam keluhan selama kehamilan, seperti pegal-pegal, sakit punggung, hingga sulit berjalan dan beraktivitas, meskipun tidak memiliki gangguan pada tulang punggung. Jika ditambah dengan skoliosis, rasa cemas ibu hamil mungkin bisa semakin bertambah.
Untuk mencegah munculnya kekhawatiran yang berlebihan, penting bagi ibu hamil untuk mengetahui dampak yang mungkin dirasakan jika mengalami skoliosis serta cara mengatasinya.
Dampak Skoliosis pada Kehamilan
Penting untuk diketahui bahwa skoliosis memiliki tingkat keparahan yang berbeda-beda. Derajatnya dikatakan ringan jika tingkat kemiringannya kurang dari 20 derajat, derajat sedang apabila kemiringannya berkisar antara 25-40 derajat, dan derajat berat bila kemiringannya lebih dari 50 derajat.Ibu hamil yang menderita skoliosis perlu mengetahui kondisinya terlebih dahulu, sehingga bisa lebih waspada dan bisa mempersiapkan segala kemungkinan yang dapat terjadi. Salah satu kekhawatiran yang biasanya muncul ketika ibu hamil menderita skoliosis adalah apakah bisa membahayakan janin.
Pada umumnya, skoliosis pada ibu hamil tidak akan memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Selain itu, skoliosis pada ibu hamil tidak meningkatkan risiko terjadinya komplikasi kehamilan, seperti preeklampsia atau kelahiran prematur.
Namun, apabila tingkat kemiringan tulang punggung cukup berat dan usia kehamilan semakin bertambah, kemungkinan ibu hamil akan merasakan GERD yang mudah kambuh. Hal ini dapat terjadi akibat perubahan kelengkungan tulang punggung yang menekan saluran pencernaan ibu hamil.
Ketika ibu hamil mengalami skoliosis, ketegangan pada punggung akan semakin meningkat, sehingga nyeri punggung yang sebelumnya sudah dirasakan bisa semakin berat. Terlebih jika ibu hamil mengalami obesitas, tulang punggung akan menopang berat badan dan kehamilan dengan lebih keras. Akibatnya, tulang punggung semakin miring dan keluhan semakin berat.
Ibu hamil dengan skoliosis umumnya masih bisa melahirkan normal jika skoliosis masih tergolong ringan. Namun, jika ibu hamil mengalami skoliosis yang berat, ditambah lagi pernah menjalani operasi skoliosis, ibu hamil mungkin perlu menjalani persalinan caesar. Sebab, skoliosis pada ibu hamil sering membuat posisi kepala bayi di dalam rahim melintang.
Cara Mengatasi Dampak Skoliosis saat Hamil
Untuk mengurangi rasa nyeri akibat dampak skoliosis pada ibu hamil, Bunda bisa menerapkan beberapa upaya berikut:1. Menjaga Berat Badan
Berat badan yang semakin bertambah selama masa kehamilan merupakan hal yang normal selama tidak berlebihan hingga obesitas. Pasalnya, obesitas membuat kinerja tulang punggung menjadi lebih keras dalam menopang bobot tubuh. Akibatnya, derajat kemiringan skoliosis dan rasa nyeri di punggung semakin bertambah.2. Melakukan Olahraga Ringan
Olahraga dapat menjadi salah satu upaya yang cukup efektif dalam mengatasi dampak skoliosis. Agar lebih aman, Bunda bisa memiliki olahraga ringan untuk mengatasi nyeri punggung akibat skoliosis saat hamil, seperti yoga atau latihan dengan gym ball.3. Menjaga Punggung tetap Lurus
Cobalah untuk menjaga posisi tubuh agar tetap lurus, khususnya ketika duduk. Duduklah di kursi dengan penyangga atau tambahan bantal yang diletakkan di belakang punggung. Cara ini akan sangat membantu dalam mengurangi ketegangan otot punggung, sehingga mampu mengatasi nyeri akibat skoliosis.4. Hindari Membungkuk ketika Mengangkat Barang
Membungkuk ketika hendak mengambil barang dapat memicu nyeri punggung pada ibu hamil yang menderita skoliosis. Jadi, jika ingin mengangkat barang, usahakan untuk jongkok atau berlutut terlebih dahulu. Dengan begitu, punggung bisa tetap lurus ketika Bunda berdiri, sehingga tidak menimbulkan nyeri.Tingkat keparahan skoliosis pada setiap ibu hamil bisa berbeda-beda. Untuk memantau dan mengurangi risiko terjadinya komplikasi akibat skoliosis, sebaiknya Bunda rutin memeriksakan diri ke dokter kandungan.