Duck syndrome atau sindrom bebek pertama kali dicetuskan di Stanford University, Amerika Serikat sebagai gambaran pada masalah yang sering dialami oleh mahasiswanya. Hal ini berkaitan dengan kondisi seseorang yang terlihat baik-baik saja, tetapi sebenarnya ia mengalami tekanan dan tuntutan didalam hidupnya untuk memenuhi ekspektasi orang di sekitarnya.
Istilah pada duck syndrome, terinspirasi pada seekor bebek yang terlihat tenang ketika berenang di permukaan air. Namun, bagian sebenarnya pada bagian kaki sibuk untuk mengayuh di bawah permukaan air agar tetap bisa mengapung.
Penyebab duck syndrome
Hingga saat ini duck syndrome belum diakui secara resmi sebagai masalah gangguan mental. Meskipun merasa stres karena banyak tekanan, beberapa penderita duck syndrome masih dapat melakukan aktivitasnya dengan baik.
Ada beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan seseorang untuk mengalami duck syndrome seperti berikut ini:
a. Tuntutan di bidang akademik
Tuntutan pada bidang akademik dapat menyebabkan seseorang mengalami duck syndrome. Akademik akan menjadi beban bagi seseorang jika tidak dilakukan sesuai dengan kemampuan diri. Misalnya jurusan yang tidak sesuai dengan minat atau lingkungan belajar yang tidak cocok.
b. Ekspektasi yang terlalu tinggi
Ekspektasi yang terlalu tinggi dari orang lain sangat beresiko untuk anda mengalami duck syndrome. Karena mereka cenderung bersifat berlebihan dan tidak sesuai dengan kemampuan diri sendiri. Akhirnya, orang tersebut akan berusaha untuk terlihat baik-baik saja sesuai dengan ekspektasi orang lain.
c. Pengaruh dari media sosial
Perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini dapat mempengaruhi cara bersosial seseorang. Salah saru bentuk perkembangan teknologi tersebut adalah media sosial yang sering kita gunakan. Media sosial justru dapat memperburuk kondisi mental seseorang jika disalah gunakan. Misalnya melihat kehidupan seseorang lebih sempurna, sehingga membuat kita tidak menjadi diri kita sendiri.
d. Perfeksionisme
Sifat perfeksionisme menjadi salah satu penyebab seseorang mengalami duck syndrome. Sebab mereka memaksakaan diri untuk memberikan standar kehidupan yang lebih tinggi sehingga sulit menerima kegagalan dalam hidupnya.
e. Pernah mengalami peristiwa traumatik
Peristiwa Traumatik sangat berpengaruh besar terhadap kesehatan mental seseorang termasuk duck syndrome yang membuat seseorang berusaha untuk menutupi masalahnya. Peristiwa traumatik seperti bullying, pelecahan seksual, atau kekerasan dalam rumah tangga membuat seseorang akan sangat terpukul dan malu sehingga akan berusaha untuk menutupinya dengan terlihat baik – baik saja.
f. Self esteem yang rendah
Salah satu penyebab seseorang mengalami duck syndrome adalah memiliki sel esteem yang rendah. Kondisi tersebut akan membuatnya sulit memahami diri sendiri dan lebih mudah untuk dimanipulasi oleh orang lain.
g. Pola asuh helikopter
Pola asuh helikopter merupakan istilah lain dari pola asuh yang terlalu protektif terhadap perilaku anaknya. Sehingga orang tua cenderung berlebihan ketika mengatur anaknya. Pola asuh helikopter ini akan berdampak buruk terhadap perkembangan emosional anak.
Gejala duck syndrome
Meskipun duck syndrome belum termasuk ke dalam jenis penyakit mental, ada beberapa gejala yang mungkin akan dirasakan oleh penderitanya, seperti:
• Merasa semuanya diluar kendali diri
• Kesulitan dalam menenangkan pikiran
• Merasa buruk tentang diri sendiri
• Membandingkan diri dengan orang lain
• Kesepian
• Mudah merasa gugup
• Sulit tidur
• Ketegangan otot
Orang yang mengalami duck syndrome juga akan menimbulkan gejala kognitif, seperti rasa khawatir terus menerus terhadap sesuatu, pelupa dan sulit untuk berkonsentrasi.
Cara mengatasi duck syndrome
Jika diabaikan begitu saja, penderita duck syndrome akan berpotensi mengalami depresi berat atau bahkan terlintas ide untuk melakukan bunuh diri. Oleh sebab itu, orang yang mengalami duck syndrome disarankan untuk melakukan konsultasi secara langsung dengan dokter atau psikolog.
Apabila setelah dilakukan pemeriksaan dan di diagnosis mengalami depresi, dokter akan mengatasinya dengan melakukan terapi atau pemberian obat-obatan. Selain itu, jika anda mengalami duck syndrome, berikut ini adalah beberapa upaya yang bisa anda lakukan untuk mengatasinya:
• Melakukan bimbingan konseling dengan pembimbing akademik di sekolah atau di kampus
• Lakukan pekerjaan sesuai dengan kemampuan diri sendiri
• Belajar untuk lebih mencintai diri sendiri
• Terapkan pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang, hindari merokok dan minuman beralkohol
• Luangkan waktu untuk relaksasi agar stres dapat berkurang
• Ubah pola pikir agar lebih posistif
• Berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain
• Memberi jarak dengan media sosial untuk sementara waktu
Jika anda merasa pernah mengalami duck syndrome, seperti gangguan psikologis, sulit berpikir jernih hingga ingin bunuh diri atau sulit untuk tidur, jangan pernah ragu untuk melakukan konsultasi dengan psikolog sebagai pertolongan.