Broken home merupakan suatu istilah yang menggambarkan keluarga dalam keadaan yang tidak utuh akibat adanya pertengkaran sehingga berakhir pada perceraian. Kondisi broken home dapat terjadi juga pada keluarga yang utuh. Anak yang mengalami broken home akan lebih sering menangis dan tertekan akibat perpisahan kedua orang tuanya.
Ketika anak yang mengalami broken home beranjak dewasa, emosi yang ia pendam akan mempengaruhi kondisi emosional dalam kehidupan pribadinya. Berikut ini adalah tujuh jenis emosi yang cenderung hanya dimiliki oleh anak broken home :
1. Mudah merasa marah
Umumnya Anak-anak kerap merasa kewalahan dan tidak tahu bagaimana menanggapi perpisahan cenderung membuatnya menjadi lebih mudah tersinggung dan marah. Anak broken home yang mengalami peristiwa perceraian mungkin akan menunjukkan kemarahan pada orang tua mereka, diri sendiri, teman-teman, dan orang lain. Kondisi emosional ini biasanya hanya bertahan dalam beberapa waktu, tetapi bisa juga berkepanjangan dan menyebabkan tekanan luka batin.2. Perasaan Bersalah
Anak-anak mungkin sering bertanya-tanya kenapa perceraian dapat terjadi di dalam keluarga mereka. Mereka akan mencari tahu apakah peristiwa tersebut terjadi akibat dirinya sehingga mereka memiliki rasa bersalah.Perasaan bersalah ini merupakan efek yang cukup umum dari sebuah perceraian pada anak-anak. Rasa bersalah tersebut akan memberikan tekanan mental, seperti depresi, stres, dan masalah kesehatan lainnya.
3. Lebih Sensitif
Perasaan kehilangan, kebingungan, kecemasan, kemarahan dan jenis emosi lainnya dapat timbul pada anak akibat perceraian. Perceraian ini akan membuat anak broken home menjadi lebih sensitif dan merasa takut untuk mengekspresikan emosinya. Dampaknya dapat berbeda-beda pada setiap anak tergantung situasi keluarga masing-masing.4. Memendam Perasaannya
Anak-anak yang mengalami peristiwa perceraian dalam keluarganya cenderung memiliki waktu yang sulit untuk bersosialisasi dengan orang lain. Terkadang anak mungkin merasa apakah hanya keluarga mereka yang mengalami perceraian.5. Hilang Kepercayaan terhadap relasi dan hubungan pernikahan
Anak yang mengalami broken home umumnya memiliki emosi yang tidak stabil sehingga berdampak pada kepercayaan akan makna relasi. Akibatnya anak akan lebih mudah menyerah dalam suatu hubungan dan selalu bersikap pesimis. Ketika dewasa mereka akan sulit untuk percaya kepada pasangan setelah menikah.6. Kecemasan dan posesif berlebih
Anak-anak umumnya akan merasa cemas ketika kedua orang tua tidak bersamanya. Secara emosional, mereka akan selalu mencari perhatian baik ketika disekolah maupun dilingkungan sekitarnya. Mereka akan merasa ketakutan jika seseorang yang dicintai meninggalkannya sehingga menyebabkan anak broken home menjadi lebih posesif.7. Kecenderungan untuk Impulsif
Kecenderungan impulsif merupakan sikap seseorang yang melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya. Misalnya mengonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang, perilaku yang agresif, serta pengenalan aktivitas seksual yang terlalu cepat. Kondisi ini umunya dapat terjadi pada anak broken home yang tidak mendapatkan perhatian dari kedua orang tua.Setelah mengetahui berbagai resiko emosi yang dapat terjadi pada anak broken home, sebagai orang tua sebaiknya menyikapi perpisahan dengan lebih bijaksana serta memikirkan hal yang akan terjadi pada anak. Jangan menjadikan perceraian sebagai permasalahan antara ayah dan bunda saja karena hal ini akan berdampak buruk terhadap masa depan anak.