Medikacare

Ini 5 Dampak Buruk Kurangnya Kalori dan Protein bagi Kesehatan Bayi - Medikacare

Ini 5 Dampak Buruk Kurangnya Kalori dan Protein bagi Kesehatan Bayi - Medikacare

Ini 5 Dampak Buruk Kurangnya Kalori dan Protein bagi Kesehatan Bayi

Kekurangan asupan kalori dan protein, yang sering disebut juga Kurang Energi Protein (KEP) atau Malnutrisi Energi Protein (MEP), merupakan kondisi gizi buruk yang sangat serius pada bayi dan anak-anak. Nutrisi esensial ini adalah bahan bakar utama bagi seluruh proses tumbuh kembang, mulai dari pembentukan sel, jaringan, organ, hingga fungsi otak dan sistem kekebalan tubuh. Ketika bayi tidak mendapatkan asupan kalori dan protein yang cukup, tubuh mereka akan mulai memecah cadangan energi dan protein dari otot serta jaringan lain, yang pada akhirnya memicu berbagai penyakit dengan dampak jangka panjang. Berikut adalah lima penyakit utama yang diakibatkan oleh kekurangan kalori dan protein pada bayi:

  1. Kwashiorkor: Penyakit ini umumnya terjadi pada bayi atau anak yang kekurangan protein parah, meskipun asupan kalorinya mungkin masih relatif ada (meskipun tidak ideal). Ciri khas Kwashiorkor adalah edema atau pembengkakan, terutama pada wajah (pipi tembam), perut buncit (busung lapar), serta punggung kaki. Pembengkakan ini bukan karena lemak, melainkan penumpukan cairan akibat kadar protein darah yang sangat rendah, mengganggu keseimbangan cairan tubuh. Gejala lain termasuk rambut yang tipis, mudah rontok, dan sering berubah warna menjadi kemerahan atau pirang, kulit bersisik dan mengelupas, hilangnya massa otot, dan hati membesar. Bayi dengan Kwashiorkor sering terlihat lesu, rewel, dan memiliki nafsu makan yang buruk. Mereka juga sangat rentan terhadap infeksi karena sistem kekebalan tubuh yang sangat lemah.
  2. Marasmus: Berbeda dengan Kwashiorkor, Marasmus adalah bentuk KEP yang sangat parah di mana bayi mengalami kekurangan kalori dan protein secara ekstrem. Hal ini menyebabkan penurunan berat badan yang drastis, membuat bayi terlihat sangat kurus, keriput, dan seperti "tua" (old man's face). Tulang-tulang bayi, seperti tulang rusuk dan panggul, akan terlihat menonjol. Massa otot dan lapisan lemak di bawah kulit menghilang hampir seluruhnya, membuat kulit terlihat kendur dan berkerut. Meskipun seringkali sangat lemah, bayi dengan Marasmus terkadang masih aktif mencari makan atau bahkan terlihat lebih gesit dari bayi Kwashiorkor, namun mereka sangat rentan terhadap hipotermia (kedinginan) dan infeksi berat seperti diare kronis serta pneumonia, yang seringkali menjadi penyebab kematian.
  3. Marasmic-Kwashiorkor: Ini adalah bentuk KEP campuran yang menggabungkan ciri-ciri Marasmus dan Kwashiorkor. Bayi akan menunjukkan gejala kekurangan energi (kurus) sekaligus pembengkakan (edema). Kondisi ini seringkali lebih parah dan lebih sulit ditangani karena melibatkan dua mekanisme kerusakan gizi yang berbeda secara bersamaan. Bayi akan sangat kurus dengan otot yang menyusut, namun juga mengalami pembengkakan pada beberapa bagian tubuh, menandakan defisiensi protein yang parah di samping kekurangan kalori total.
  4. Stunting (Pendek): Meskipun tidak selalu terlihat dramatis seperti Kwashiorkor atau Marasmus, stunting adalah masalah gizi kronis yang diakibatkan oleh kekurangan kalori dan protein (serta mikronutrien lain) yang berlangsung dalam jangka waktu lama, terutama selama 1000 hari pertama kehidupan. Stunting ditandai dengan tinggi badan bayi yang tidak sesuai dengan usianya (terlalu pendek), dan dampaknya seringkali bersifat permanen. Kekurangan gizi kronis ini menghambat pertumbuhan tulang dan sel-sel tubuh secara keseluruhan. Selain dampak fisik, stunting juga berkaitan erat dengan gangguan perkembangan kognitif, penurunan kemampuan belajar, daya tahan tubuh yang lemah, dan risiko lebih tinggi terhadap penyakit tidak menular di kemudian hari.
  5. Defisiensi Imun dan Rentan Infeksi Berulang: Salah satu dampak paling berbahaya dari kekurangan kalori dan protein pada bayi adalah penurunan drastis fungsi sistem kekebalan tubuh. Protein adalah komponen penting dalam pembentukan antibodi dan sel-sel imun. Ketika protein dan kalori tidak cukup, tubuh tidak dapat memproduksi sel darah putih dan antibodi secara efektif, membuat bayi sangat rentan terhadap berbagai penyakit infeksi, seperti diare, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), campak, dan TBC. Infeksi yang berulang ini akan memperburuk status gizi bayi karena meningkatkan kebutuhan energi dan nutrisi, serta menyebabkan hilangnya nafsu makan dan penyerapan nutrisi yang buruk, menciptakan lingkaran setan malnutrisi dan infeksi yang sangat sulit dihentikan tanpa intervensi gizi yang tepat.

Mencegah kekurangan kalori dan protein pada bayi adalah prioritas utama untuk menjamin masa depan mereka. Pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama, dilanjutkan dengan pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang adekuat dalam jumlah, frekuensi, dan kualitas gizi, serta pemantauan pertumbuhan yang rutin adalah kunci untuk menghindari dampak buruk dari kondisi ini.

Artikel Lain

Cara Mengatasi Nyeri Pinggang pada Ibu Hamil - Medikacare
Cara Mengatasi Nyeri Pinggang pada Ibu Hamil - Medikacare
Cara mengatasi stretch mark - Medikacare
Cara mengatasi stretch mark - Medikacare
Mitos Seputar Kehamilan - Medikacare
Mitos Seputar Kehamilan - Medikacare
Apa sih Operasi Caesar Itu ? - Medikacare
Apa sih Operasi Caesar Itu ? - Medikacare
No comments yet. Be the first to comment!

Format: JPG, PNG, GIF. Maksimal 2MB