Bunda Harus Tahu! Masa Subur Pria Ternyata Bisa Pengaruhi Keberhasilan Promil
Ketika berbicara tentang program hamil, fokus seringkali tertuju pada masa subur wanita. Padahal, peran calon ayah tak kalah penting, dan memahami "masa subur" pria juga krusial untuk meningkatkan peluang kehamilan. Berbeda dengan wanita yang memiliki jendela subur yang spesifik dan terbatas setiap bulan (sekitar 6 hari di sekitar ovulasi), pria pada dasarnya dapat memproduksi sperma secara terus-menerus dan dianggap subur hampir setiap hari, asalkan kesehatan reproduksinya optimal. Namun, ada periode tertentu di mana kualitas sperma pria berada pada puncaknya, yang sangat penting untuk diperhatikan dalam upaya konsepsi.
Produksi dan Kualitas Sperma Pria
Tubuh pria secara konstan menghasilkan sperma di testis, dan proses pematangan sperma membutuhkan waktu sekitar 74 hari hingga sperma siap diejakulasi. Meski demikian, sperma yang matang selalu tersedia dan siap dilepaskan. Sperma yang diejakulasikan dapat bertahan hidup di dalam saluran reproduksi wanita (rahim dan tuba falopi) hingga 3-5 hari, bahkan ada beberapa sumber yang menyebutkan 5-7 hari. Ini berarti, bahkan jika hubungan intim tidak terjadi tepat pada hari ovulasi wanita, sperma masih memiliki kesempatan untuk menunggu sel telur dilepaskan. Kualitas sperma sendiri dinilai dari beberapa faktor, yaitu jumlah (konsentrasi), motilitas (pergerakan), dan morfologi (bentuk). Semakin baik ketiga indikator ini, semakin tinggi peluang pembuahan.
"Masa Paling Subur" Pria: Bukan Jendela Waktu, melainkan Kualitas Optimal
Meskipun pria tidak memiliki "masa subur" layaknya wanita, ada periode di mana kualitas sperma dianggap paling optimal. Beberapa sumber menyebutkan bahwa masa paling subur pria adalah sekitar hari ke-3 hingga hari ke-7 setelah ejakulasi terakhir. Pada rentang waktu ini, sperma diyakini telah matang sempurna dan memiliki kualitas terbaik, baik dari segi jumlah maupun motilitas. Hubungan intim yang terlalu sering (misalnya setiap hari) mungkin dapat mengurangi konsentrasi sperma per ejakulasi karena testis tidak memiliki waktu cukup untuk proses pematangan optimal, meskipun tubuh pria terus memproduksi. Sebaliknya, jeda yang terlalu lama juga dapat mengurangi motilitas sperma karena sperma yang disimpan terlalu lama bisa menjadi kurang aktif. Oleh karena itu, frekuensi ejakulasi sekitar 2-3 kali seminggu sering dianggap ideal untuk menjaga kualitas sperma yang baik dalam program hamil.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesuburan Pria
Kualitas sperma dan kesuburan pria dipengaruhi oleh banyak faktor di luar frekuensi ejakulasi:
1. Gaya Hidup: Merokok, konsumsi alkohol berlebihan, penggunaan narkoba, dan obesitas dapat secara signifikan menurunkan kualitas sperma.
2. Nutrisi: Kekurangan nutrisi penting seperti Zinc, Selenium, Asam Folat, Vitamin C, dan Omega-3 dapat memengaruhi produksi dan kesehatan sperma.
3. Stres: Stres kronis dapat mengganggu keseimbangan hormon, termasuk testosteron, yang berdampak pada spermatogenesis.
4. Suhu Testis: Paparan panas berlebihan (misalnya sering berendam air panas, memakai celana terlalu ketat, atau meletakkan laptop di paha) dapat memengaruhi produksi sperma.
5. Kondisi Kesehatan: Masalah medis tertentu seperti varikokel, infeksi, gangguan hormon (misalnya kadar testosteron rendah), atau penyakit kronis dapat menurunkan kesuburan pria.
6. Usia: Meskipun pria bisa subur seumur hidup, kualitas dan jumlah sperma cenderung menurun seiring bertambahnya usia, terutama setelah usia 40-45 tahun.
Untuk mengoptimalkan peluang kehamilan, penting bagi calon ayah untuk menjaga gaya hidup sehat, mengonsumsi nutrisi yang cukup, mengelola stres, dan berkonsultasi dengan dokter jika ada kekhawatiran mengenai kesuburannya. Ingatlah, keberhasilan program hamil adalah usaha bersama antara bunda dan ayah.
Cara Mengatasi Nyeri Pinggang pada Ibu Hamil - Medikacare
Cara mengatasi stretch mark - Medikacare
Mitos Seputar Kehamilan - Medikacare
Apa sih Operasi Caesar Itu ? - Medikacare