Kurang Tidur Bisa Pengaruhi Kesuburan? Simak Penjelasannya
Seringkali, dalam upaya meningkatkan kesuburan, perhatian kita terfokus pada diet, olahraga, dan gaya hidup sehat lainnya. Namun, satu faktor penting yang sering terabaikan adalah pola tidur. Padahal, kualitas dan kuantitas tidur memiliki dampak yang signifikan terhadap keseimbangan hormonal dan fungsi reproduksi, baik pada pria maupun wanita. Memahami hubungan antara pola tidur dan kesuburan adalah langkah krusial untuk memaksimalkan peluang kehamilan.
Pada dasarnya, tidur adalah waktu bagi tubuh untuk melakukan perbaikan dan regulasi berbagai sistem, termasuk sistem endokrin yang bertanggung jawab atas produksi hormon. Pada wanita, hormon-hormon reproduksi seperti GnRH (Gonadotropin-releasing Hormone), FSH (Follicle-stimulating Hormone), LH (Luteinizing Hormone), estrogen, dan progesteron bekerja dalam siklus yang sangat teratur. GnRH, yang dilepaskan dari hipotalamus di otak, memicu pelepasan FSH dan LH dari kelenjar pituitari, yang kemudian mengatur siklus menstruasi, ovulasi, dan produksi hormon ovarium.
Pola tidur yang tidak teratur atau kurangnya tidur yang berkualitas dapat mengganggu ritme sirkadian tubuh, yaitu jam biologis internal yang mengatur siklus tidur-bangun. Gangguan ritme sirkadian ini dapat mengacaukan pelepasan hormon-hormon reproduksi tersebut, berpotensi menyebabkan siklus menstruasi yang tidak teratur, ovulasi yang terganggu atau bahkan tidak terjadi, serta penurunan kualitas sel telur. Misalnya, produksi kortisol (hormon stres) cenderung meningkat pada mereka yang kurang tidur, dan kadar kortisol yang tinggi dapat menghambat fungsi ovarium.
Tidak hanya pada wanita, kesuburan pria juga sangat dipengaruhi oleh pola tidur. Hormon testosteron, yang vital untuk produksi sperma yang sehat, sebagian besar diproduksi saat pria tidur, terutama selama fase tidur nyenyak (REM sleep). Pria yang mengalami kurang tidur kronis atau memiliki pola tidur yang tidak konsisten cenderung memiliki kadar testosteron yang lebih rendah. Penurunan kadar testosteron ini dapat berujung pada penurunan jumlah sperma, motilitas (pergerakan) sperma yang buruk, dan morfologi (bentuk) sperma yang abnormal, yang semuanya dapat mengurangi peluang pembuahan. Sebuah studi bahkan menunjukkan bahwa pria yang tidur kurang dari enam jam per malam memiliki tingkat kehamilan yang lebih rendah dibandingkan mereka yang tidur tujuh hingga delapan jam. Selain itu, stres oksidatif pada sel-sel sperma juga dapat meningkat akibat kurang tidur, merusak DNA sperma.
Kurang tidur juga dapat memperburuk kondisi lain yang berhubungan dengan kesuburan, seperti Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS) pada wanita. Insomnia atau pola tidur yang buruk pada penderita PCOS dapat memperparah resistensi insulin dan ketidakseimbangan hormon yang mendasari kondisi tersebut, sehingga lebih sulit untuk mencapai kehamilan. Baik pada pria maupun wanita, kurang tidur juga dapat meningkatkan kadar stres dan peradangan sistemik dalam tubuh, yang keduanya dapat berdampak negatif pada kesehatan reproduksi secara keseluruhan.
Oleh karena itu, bagi pasangan yang sedang berjuang untuk hamil atau merencanakan kehamilan, memprioritaskan kualitas dan kuantitas tidur yang cukup sangatlah esensial. Para ahli merekomendasikan orang dewasa untuk tidur 7-9 jam per malam secara konsisten. Membangun rutinitas tidur yang teratur, menciptakan lingkungan tidur yang nyaman, menghindari kafein dan gadget sebelum tidur, serta mengatasi gangguan tidur seperti sleep apnea jika ada, adalah langkah-langkah penting yang dapat mendukung keseimbangan hormonal dan pada akhirnya meningkatkan peluang kesuburan. Mengoptimalkan pola tidur adalah investasi sederhana namun powerful dalam perjalanan menuju kehamilan.