Sering Mengemut Es Batu Bisa Jadi Tanda Kekurangan Zat Besi
Siapa sangka, kebiasaan sederhana seperti sering mengemut atau mengunyah es batu ternyata bisa menjadi pertanda kesehatan yang bermasalah. Fenomena ini disebut pagofagia dan termasuk dalam gangguan Pica, yaitu keinginan tidak wajar untuk mengonsumsi benda-benda non-makanan seperti tanah atau kapur. Meski terlihat sepele, banyak penelitian menunjukkan pagofagia berkaitan erat dengan rendahnya kadar hemoglobin akibat defisiensi zat besi. Jadi, jika kamu atau orang terdekat merasa sering ingin mengunyah es hingga mengganggu aktivitas sehari-hari, ini adalah alarm tubuh yang sebaiknya diperiksakan ke dokter.
Mengapa Anemia Menyebabkan Keinginan Makan Es Batu?
Korelasi antara anemia defisiensi besi dan pagofagia, khususnya keinginan mengunyah es batu (pagofagia), masih menjadi subjek penelitian, namun ada beberapa teori utama yang menjelaskan fenomena ini.
1. Hipotesis Rasa Dingin Meredakan Peradangan
Salah satu teori populer menyebutkan bahwa anemia defisiensi besi seringkali disertai dengan peradangan dan pembengkakan pada lidah (glositis). Peradangan ini dapat menyebabkan nyeri dan sensasi tidak nyaman di mulut. Mengunyah es batu atau menahan es di mulut memberikan efek mati rasa dan dingin yang meredakan peradangan atau sensasi panas pada lidah yang terkait dengan kekurangan zat besi. Penderita secara tidak sadar mencari es batu sebagai cara untuk meredakan gejala fisik ini.
2. Efek Wake-up Call (Meningkatkan Kewaspadaan)
Anemia ditandai dengan kurangnya sel darah merah yang membawa oksigen, yang seringkali menyebabkan gejala kelelahan, lesu, dan kabut otak (brain fog). Beberapa peneliti menduga bahwa mengunyah es batu atau bahkan suara crunchy-nya memberikan stimulasi saraf yang tiba-tiba. Stimulasi ini diperkirakan dapat meningkatkan aliran darah sementara ke otak, membantu penderita merasa lebih waspada atau "terbangun" dari rasa lelah yang disebabkan oleh anemia. Jadi, es batu berfungsi sebagai stimulan yang tidak mengandung kafein atau zat adiktif.
3. Kesalahan Pengaturan Suhu Tubuh

Hipotesis lain mengaitkan pagofagia dengan masalah pengaturan suhu tubuh (termoregulasi). Penderita anemia mungkin mengalami peningkatan suhu tubuh secara subyektif (merasa panas) atau perubahan dalam metabolisme energi. Konsumsi es batu dapat berfungsi sebagai mekanisme tubuh yang tidak biasa untuk mencoba menormalkan suhu inti.
Pentingnya Deteksi Dini dan Tindakan Selanjutnya
Meskipun kebiasaan mengunyah es batu mungkin tampak tidak berbahaya, ia dapat menimbulkan konsekuensi negatif. Mengunyah es batu secara berlebihan dapat merusak email gigi, menyebabkan sensitivitas, hingga memicu patah gigi.
Oleh karena itu, jika kebiasaan mengunyah es batu terjadi secara kompulsif, tindakan pertama yang harus dilakukan adalah periksa kadar zat besi (feritin) dan hemoglobin melalui tes darah. Jika hasilnya menunjukkan defisiensi besi, dokter biasanya akan merekomendasikan suplementasi zat besi. Dengan pengobatan anemia yang tepat, keinginan kompulsif untuk mengunyah es batu seringkali akan menghilang dengan sendirinya, menguatkan hubungan erat antara kedua kondisi ini. Pagofagia harus selalu dianggap sebagai tanda peringatan bahwa tubuh kekurangan nutrisi esensial.