Ternyata Ini 7 Efek Samping Antibiotik yang Bisa Membahayakan Tubuh
Antibiotik memang membantu tubuh melawan infeksi bakteri, tetapi penggunaannya perlu kehati-hatian ekstra. Mengonsumsi antibiotik tanpa pengawasan dokter bisa membawa lebih banyak mudarat daripada manfaat. Efek samping seperti gangguan pencernaan, alergi, hingga resistensi antibiotik bisa muncul dan membuat pengobatan di masa depan menjadi lebih sulit.
Berikut adalah 7 efek samping dan komplikasi serius dari penggunaan antibiotik yang perlu diwaspadai:
1. Resistensi Antibiotik (Ancaman Global)
Ini adalah efek samping paling berbahaya dan merupakan ancaman kesehatan global. Resistensi terjadi ketika bakteri berevolusi dan menjadi kebal terhadap antibiotik yang seharusnya mampu membunuhnya. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat (misalnya, untuk infeksi virus seperti flu, atau tidak menghabiskan dosis) mendorong bakteri yang tersisa untuk bermutasi dan menjadi superbug.
Komplikasi dari resistensi adalah infeksi menjadi sulit, bahkan mustahil diobati, memerlukan dosis obat yang lebih kuat, lebih mahal, dan berisiko tinggi. Hal ini secara langsung meningkatkan angka kesakitan dan kematian akibat infeksi yang seharusnya ringan.
2. Infeksi Clostridium Difficile (C. diff) dan Diare Parah
Antibiotik bekerja membunuh semua jenis bakteri, termasuk mikrobiota baik di usus yang berfungsi menjaga keseimbangan pencernaan. Hilangnya bakteri baik ini menciptakan ruang bagi bakteri jahat, salah satunya Clostridium difficile, untuk tumbuh berlebihan.
Infeksi C. diff menyebabkan komplikasi berupa diare yang sangat parah, berdarah, dan disertai demam tinggi. Dalam kasus ekstrem, kondisi ini dapat menyebabkan kolitis pseudomembranosa, yaitu peradangan usus besar yang parah dan berpotensi fatal jika tidak ditangani segera.
3. Reaksi Alergi dan Anafilaksis
Reaksi alergi terhadap antibiotik, terutama golongan penisilin, bisa bervariasi dari ringan hingga sangat berat. Reaksi ringan umumnya berupa ruam, gatal-gatal, atau biduran. Namun, komplikasi seriusnya adalah anafilaksis.
Anafilaksis adalah reaksi alergi sistemik yang dapat terjadi dalam hitungan menit setelah konsumsi obat. Gejalanya meliputi kesulitan bernapas akibat pembengkakan tenggorokan, penurunan tekanan darah mendadak (syok), detak jantung cepat, dan pusing parah. Anafilaksis adalah kondisi darurat medis yang memerlukan penanganan segera dan dapat menyebabkan kematian.
4. Kerusakan Ginjal (Nefrotoksisitas)

Beberapa jenis antibiotik, terutama golongan aminoglikosida, diketahui bersifat nefrotoksik, yang berarti berpotensi merusak ginjal. Ginjal berperan penting dalam menyaring dan mengeluarkan sisa obat dari darah. Jika dosis terlalu tinggi atau digunakan dalam jangka panjang, antibiotik dapat membebani dan merusak sel-sel ginjal, terutama pada pasien dengan kondisi ginjal yang sudah lemah sebelumnya. Komplikasi ini dapat berujung pada gagal ginjal akut.
5. Kerusakan Hati (Hepatotoksisitas)
Hati adalah organ utama tempat metabolisme obat terjadi. Antibiotik tertentu, seperti amoksisilin-asam klavulanat dan beberapa makrolida, dapat menyebabkan peradangan hati atau hepatitis akibat obat. Tanda-tanda kerusakan hati yang serius meliputi sakit kuning (kulit dan mata menguning), urine berwarna gelap, dan nyeri di perut bagian kanan atas.
6. Tendinopati dan Ruptur Tendon
Penggunaan antibiotik golongan kuinolon (seperti siprofloksasin atau levofloksasin) memiliki efek samping yang jarang namun serius pada jaringan ikat. Efek ini disebut tendinopati, yaitu kerusakan pada tendon (urat) yang dapat berkembang menjadi ruptur tendon (tendon robek), paling sering terjadi pada tendon Achilles. Kondisi ini menyebabkan nyeri hebat dan memerlukan tindakan bedah untuk perbaikan.
7. Gangguan Sistem Saraf Pusat (Neurotoksisitas)
Beberapa antibiotik dapat melintasi sawar darah otak dan memengaruhi sistem saraf pusat. Neurotoksisitas yang parah dapat bermanifestasi sebagai kejang, tremor, kebingungan, halusinasi, atau pusing parah. Efek ini lebih berisiko terjadi pada pasien dengan dosis tinggi atau penderita gagal ginjal, karena obat menumpuk dalam darah.