Perubahan Cuaca Drastis dari Panas ke Hujan, Begini Dampaknya pada Sistem Imun
Belakangan, cuaca terasa semakin tidak menentu. Pagi hari bisa terasa sangat panas, sementara sore atau malamnya mendadak hujan deras disertai angin kencang. Perubahan ekstrem seperti ini dikenal sebagai masa pancaroba, dan dapat memberi tekanan besar pada sistem kekebalan tubuh, sehingga membuat kita lebih rentan terserang penyakit.
1. Beban Berat pada Proses Adaptasi Suhu Tubuh
Sistem imun kita bekerja paling optimal pada suhu tubuh yang stabil. Ketika cuaca berubah drastis dari panas ekstrem ke dingin secara mendadak, tubuh harus bekerja ekstra keras melakukan termoregulasi proses penyesuaian untuk menjaga suhu inti tetap seimbang.
Saat pagi panas, tubuh akan berkeringat dan melebarkan pembuluh darah di kulit untuk melepaskan panas. Ini menyebabkan tubuh kehilangan cairan dan energi. Ketika sore hujan dan suhu mendadak turun, pembuluh darah menyempit untuk menahan panas, dan ini memicu peningkatan metabolisme untuk menghasilkan kehangatan. Kerja ekstra untuk adaptasi suhu inilah yang mengalihkan sumber daya dan energi yang seharusnya digunakan oleh sel-sel imun untuk melawan virus dan bakteri. Akibatnya, pertahanan tubuh sedikit "lengang" dan lebih rentan terhadap serangan penyakit seperti flu atau demam.
2. Dehidrasi dan Gangguan Fungsi Saluran Napas
Cuaca panas terik di pagi hari seringkali menyebabkan kita mengalami dehidrasi tanpa disadari. Dehidrasi tidak hanya menyebabkan lemas, tetapi juga mengganggu fungsi optimal sistem kekebalan, terutama di saluran pernapasan.
Air adalah komponen vital bagi sirkulasi darah dan limfa, yang bertugas membawa sel-sel imun ke seluruh tubuh. Ketika tubuh kekurangan cairan, produksi lendir pelindung di hidung dan tenggorokan (membran mukosa) menjadi kering. Mukosa yang kering dan retak jauh lebih mudah ditembus oleh partikel virus dan bakteri dari udara. Kombinasi panas yang menguras cairan diikuti hujan dingin yang memicu pembengkakan selaput lendir (rinitis), membuka jalan bagi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), flu, dan batuk yang sering menjadi penyakit langganan di musim pancaroba.
3. Peningkatan Risiko Perkembangbiakan Patogen
Fluktuasi cuaca, terutama pergantian dari kering ke lembap dan basah (hujan), menciptakan lingkungan yang ideal bagi patogen tertentu untuk berkembang biak.
- Virus di Udara Lembap: Udara yang lembap dan dingin saat hujan dapat meningkatkan daya tahan dan penyebaran virus influenza dan bakteri penyebab penyakit pernapasan. Selain itu, kondisi dingin membuat kita cenderung berkumpul di dalam ruangan tertutup tanpa ventilasi yang baik, yang memudahkan penularan penyakit.
- Vektor Penyakit: Musim hujan menciptakan genangan air yang menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti, pembawa virus Demam Berdarah Dengue (DBD). Peningkatan kasus penyakit yang ditularkan nyamuk sering terlihat mengikuti pola cuaca ekstrem yang tidak menentu ini, karena nyamuk mudah berkembang biak saat hujan namun dipengaruhi suhu tinggi.
Strategi Pertahanan Diri untuk Imun yang Kuat

Untuk menjaga sistem imun tetap prima di tengah cuaca yang tak menentu, fokus pada hal-hal dasar:
- Penuhi Hidrasi: Minum air putih secara konsisten, tidak hanya saat haus, karena tubuh terus kehilangan cairan saat panas. Ini membantu menjaga kelembapan mukosa dan fungsi sel imun.
- Istirahat Cukup: Tidur 7-8 jam per malam adalah waktu bagi tubuh untuk meregenerasi sel-sel imun dan memulihkan energi yang terkuras akibat termoregulasi.
- Konsumsi Nutrisi Seimbang: Perbanyak buah dan sayur kaya vitamin C dan antioksidan, serta protein untuk pembangunan sel-sel kekebalan.
- Siapkan Perlindungan Diri: Selalu bawa payung atau jas hujan saat bepergian, dan segera ganti pakaian basah jika kehujanan. Hindari paparan suhu ekstrem secara langsung untuk mengurangi beban adaptasi tubuh.
Dengan memahami bahwa perubahan cuaca mendadak adalah stresor fisik bagi tubuh, kita dapat mengambil langkah proaktif untuk melindungi garis pertahanan diri kita.