TBC atau tuberculosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyebar di udara ketika penderitanya batuk atau bersin, kemudian terhirup secara tidak sengaja. Bakteri ini kemudian menetap di paru - paru dan dapat berkembang biak kebagian tubuh lainnya, seperti ginjal, tulang belakang, usus atau otak.
Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian. World Health Organization (WHO) memperkirakan kasus kematian akibat TBC lebih tinggi dibandingkan dengan kematian akibat malaria atau AIDS.
Tidak hanya orang dewasa, TBC juga dapat terjadi pada anak - anak. Sekitar 15 persen kasus TBC di Indonesia terjadi pada anak usia 0 - 14 tahun. Anak yang terkena TBC tidak tertular dari teman - temannya, melainkan dari orang dewasa yang menderita TBC.
Ketika orang dewasa yang menderita penyakit TBC bersin atau batuk tanpa menutup mulutnya, bakteri penyebab TBC akan menyebar di udara dan menular pada orang - orang di sekitarnya. Anak-anak dengan daya tahan tubuh yang lemah, misalnya akibat kekurangan gizi memiliki resiko lebih tinggi terkena TBC.
Infeksi TBC pada anak
Infeksi penyakit TBC pada anak terbagi kedalam dua tahap, yaitu:1. Tahap TBC laten
Pada tahap ini, bakteri penyebab TBC sudah berada didalam tubuh anak. Namun, jika anak memiliki daya tahan tubuh yang kuat, perkembang biakan bakteri TBC dapat dihentikan, sehingga tidak akan menimbulkan gejala apapun.2. Tahap TBC aktif
Apabila daya tahan tubuh anak tidak cukup kuat untuk melawan bakteri penyebab TBC, maka bakteri tersebut dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit TBC. Setelah itu, anak akan mengalami beberapa gejala seperti berikut ini:• Batuk yang berlangsung lama atau lebih dari 3 minggu
• Demam yang tidak kunjung membaik selama lebih dari 2 minggu
• Batuk yang disertai darah
• Mudah kelelahan
• Kehilangan nafsu makan
• Berat badan yang tidak kunjung naik
• Kesulitan bernapas atau sesak napas
• Berkeringat pada malam hari
• Pembengkakan kelenjar getah bening
• Pertumbuhan terhambat
Sebagian besar kasus TBC pada anak - anak tidak berkembang menjadi tahap aktif, hanya mencapai tahap laten saja. Pada kondisi ini, anak tidak akan mengalami gejala meskipun hasil pemeriksaan TBC menunjukkan bahwa anak terpapar bakteri TBC. Metode pemeriksaan TBC pada anak
Meskipun sudah dilakukan pemeriksaan fisik dan rontgen dada, terkadang tidak ditemukan tanda - tanda infeksi TBC pada tubuh anak. Agar mendapatkan hasil yang lebih akurat, biasanya dokter akan melakukan tes mantoux atau tes kulit tuberkulin. Tes ini dilakukan untuk mengetahui apakah anak pernah terpapar bakteri TBC atau tidak.
Selain tes mantoux, dokter akan melakukan pemeriksaan dahak dan kultur dahak anak untuk mengetahui apakah bakteri TBC ada di dalam tubuhnya, terutama di bagian saluran pernapasan.
Pengobatan TBC pada anak
Jika anak dinyatakan positif TBC, maka harus segera dilakukan pengobatan. Pengobatan TBC diberikan pada anak dalam tahap TBC aktif ataupun tahap laten meski belum menimbulkan gejala. Anak yang baru berada di tahap laten dan belum menunjukkan gejala TBC aktif akan diberikan obat khusus antituberkulosis (OAT) isoniazid, yang harus dikonsumsi setiap hari selama 9 bulan.Sementara, anak yang sudah berada di tahap TBC aktif, dokter akan memberikan 3 jenis obat antituberkulosis (OAT), yaitu isoniazid, pyrazinamide dan rifampicin. Ketiga jenis obat ini dikonsumsi setiap hari selama 2 bulan. Kemudian pada 4 bulan selanjutnya, hanya obat isoniazid dan rifampicin saja yang diteruskan.
Perlu bunda ingat bahwa beberapa jenis obat tersebut harus diminum sampai habis dan sesuai dengan dosis yang telah dianjurkan oleh dokter. Jika tidak, anak akan berisiko mengalami penyakit TBC kembali ketika ia dewasa. Oleh karena itu, sebagai orang tua sangat penting untuk mengajarkan kebiasaan hidup sehat, seperti menutup mulut ketika batuk atau bersin.