Setiap orang tua tentu ingin memiliki anak yang tumbuh dengan sehat, baik secara fisik maupun mental. Namun, tidak sedikit orang tua harus menghadapi kenyataan bahwa anaknya mengindap autisme. Autisme adalah gangguan tumbuh kembang anak yang cukup umum terjadi di berbagai wilayah. Yuk, kenali lebih jauh tentang autisme pada ulasan berikut ini.
Apa itu autisme?
Autisme atau autism spectrum disorder (ASD) adalah gangguan pada perkembangan saraf dan otak yang dimulai sejak masa kanak-kanak dan berlangsung sepanjang hidup seorang anak. Gangguan ini memengaruhi perkembangan bahasa dan kemampuan seorang anak untuk berkomunikasi serta berperilaku.Tidak hanya itu, ASD juga mencakup sindrom Heller, sindrom Asperger dan gangguan perkembangan pervasif (PPD-NOS). Autisme bukanlah penyakit, melaikan suatu kondisi di mana cara kerja otak yang berbeda dengan orang lain.
Orang penyandang autisme mengalami kesulitan dalam memahami apa yang dirasakan dan dipikirkan orang lain. Hal ini membuat mereka sulit untuk mengekspresikan diri, baik dengan kata-kata, gerak tubuh, sentuhan maupun ekspresi wajah. Penyandang autisme juga mungkin memiliki kendala ketika belajar.
Gejala autisme
Gejala autisme digolongkan ke dalam 2 kategori, diantaranya:a. Kategori pertama
Kategori pertama merujuk pada gangguan dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Gejala ini meliputi masalah kepekaan pada lingkungan sosial dan gangguan dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal.b. Kategori kedua
Kategori ini merujuk pada gangguan yang meliputi minat, pola pikir dan perilaku berulang yang kaku pada panyandang autisme. Misalnya, meremas atau mengetuk-ngetuk tangan, menunjukkan sifat agresif serta merasa kesal saat aktivitas tersebut terganggu.Penyebab autisme
Hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebab dari autisme. Namun, para ilmuan menemukan sejumlah gen yang dicurigai berperan dalam kelainan ini. Beberapa gen tersebut memengaruhi perkembangan dan cara sel otak berkomunikasi sehingga menimbulkan tanda yang khas pada penyandang autisme.Faktor lingkungan juga dianggap memiliki peran dalam menyebabkan ASD, seperti terinfeksi virus, mengonsumsi obat-obatan tertentu atau komplikasi yang terjadi pada kehamilan. Meski begitu, para ilmuan masih meneliti kembali kemungkinan faktor-faktor tersebut sebagai penyebab autisme.
Faktor risiko ASD
Meski penyebabnya belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seorang anak mengalami autisme. Berikut adalah beberapa faktor risiko tersebut:• Berjenis kelamin laki-laki.
• Memiliki keluarga dengan ASD.
• Memiliki kelainan genetik tertentu, seperti sindrom fragile X, Down syndrome, tuberus sclerosis atau sindrom Rett.
• Kelahiran prematur, khususnya bayi yang lahir sebelum kehamilan menginjak usia 26 minggu.
• Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Diagnosis autisme
Tanda serta gejala dari autisme yang berbeda-beda sering kali membuat dokter sulit untuk mendiagnosis kondisi ini. Terlebih lagi tidak ada tes khusus untuk mendiagnosis ASD. Meski begitu, dokter akan mendiagnosis dengan cara berikut ini:• Mengamati kebiasaan, cara berinteraksi dan komunikasi penyandang autisme dengan orang lain.
• Menguji kemampuan anak saat mendengar, berbicara dan mendengarkan. • Melakukan tes genetik untuk mendeteksi adanya kelainan genetik yang menjadi faktor risiko ASD.
Terapi dan pengobatan autisme
Autism spectrum disorder merupakan kondisi seumur hidup dan tidak bisa disembuhkan. Meski begitu, anak yang mengalami ASD pelu menjalani perawatan guna mengurangi gejala serta meningkatkan kemampuannya dalam bersosialisasi, berkomunikasi, berperilaku dan belajar. Berikut adalah terapi dan pengobatan untuk anak autisme:1. Terapi perilaku dan komunikasi
Terapi ini dapat membantu mengatasi masalah perilaku, sosialisasi dan bahasa anak penyandang autisme. Berikut adalah beberapa jenis dari terapi perilaku dan komunikasi:• Analisis perilaku terapan (ABA), untuk meningkatkan perilaku positif dan mengurangi perilaku negatif.
• Terapi okupasi, untuk membantu keterampilan hidup sehari-hari, seperti makan, berpakaian dan berinteraksi dengan orang lain.
• Terapi integrasi sensorik, untuk membantu penyandang autisme yang memiliki masalah dengan sentuhan, pemandangan atau suara.
• Terapi wicara, untuk meningkatkan keterampilan komunikasi pengidap ASD.
2. Terapi keluarga
Terapi ini ditujukan pada orang tua dan anggota keluarga anak penyandang autisme. Tujuannya agar keluarga tersebut dapat belajar bagaimana cara berinteraksi juga mengajarkan pengidap berbicara dan berperilaku normal sebagaimana mestinya.3. Obat-obatan
Selain terapi, dokter akan memberikan obat-obatan untuk pengidap ASD. Namun, obat tersebut tidak bisa menyembuhkan autisme, melainkan mampu mengendalikan gejala autisme. Beberapa obat yang akan diberikan dokter, yaitu obat anti kejang, obat untuk mengatasi masalah perilaku, obat untuk mengatasi depresi serta obat untuk mengatasi gangguan tidur.Komplikasi autisme
Autisme yang tidak ditangani dapat menimbulkan masalah pada interaksi sosial, komunikasi dan perilaku. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat memicu komplikasi pada kehidupan sosial penyandang autisme, seperti:• Masalah di sekolah dan pembelajaran
• Masalah ketenagakejaan
• Tidak mampu hidup mandiri
• Stres dalam keluarga
• Menjadi korban bullying
• Isolasi sosial
Tidak ada cara yang bisa dilakukan untuk mencegah autisme. Maka dari itu, langkah awal yang harus dilakukan oleh orang tua jika si kecil menunjukkan tanda atau gejala autisme adalah menghubungi dokter. Pasalnya, penanganan yang dilakukan dengan cepat pada penyandang autisme dapat membantu mereka mendapatkan kehidupan yang layak dan meminimalisir risiko komplikasi.