Cacar air adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infeksi virus. Penyakit ini ditandai dengan gejala ruam merah berisi cairan yang terasa sangat gatal di seluruh tubuh. Infeksi tersebut juga bisa menyerang selaput lendir (membran mukosa) di mulut.
Cacar air (chickenpox) biasanya menyerang di masa kanak-kanak. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan seseorang terkena penyakit ini di usia dewasa. Terlebih, cacar air pada orang dewasa bisa saja menimbulkan gejala dan komplikasi yang parah, terutama jika mereka belum pernah mengalami cacar air sebelumnya.
Setelah sembuh dari cacar air, virus penyebabnya masih bisa bertahan di dalam tubuh pada kondisi inaktif. Sewaktu-waktu, virus ini dapat terbangun untuk menginfeksi dan memicu penyakit cacar api yang disebut dengan herpes zoster.
Penyebab cacar air
Cacar air disebabkan oleh infeksi virus Varicella zoster. Varicella merupakan virus herpes yang tergolong ke dalam kelompok mikroorganisme penyebab infeksi seperti herpes genital. Virus ini dapat menular dengan sangat mudah dan cepat melalui kontak langsung dari percikan air liur (droplet) atau cairan dari ruam penderitanya.Penularan ini dapat terjadi pada 1-2 hari sebelum ruam muncul dan akan tetap menular hingga seluruh ruam lepuhan mengering.
Faktor risiko cacar air
Siapapun yang belum pernah terpapar virus Varicella sangat berisiko terkena cacar air. Namun, risikonya akan lebih tinggi pada:• Anak berusia di bawah 12 tahun.
• Seseorang yang belum menerima vaksin cacar air.
• Bekerja di fasilitas umum, seperti rumah sakit atau sekolah.
• Melakukan kontak fisik dengan penderita cacar air.
• Memiliki sistem imunitas yang lemah karena penyakit atau obat-obatan tertentu.
Gejala cacar air
Gejala cacar air adalah ruam yang muncul pada 10-21 hari setelah terpapar virus. Awalnya, ruam muncul di dada, punggung atau wajah yang kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Gejala ruam pada cacar air juga dapat disertai dengan beberapa keluhan berikut:• Demam tinggi hingga 39 derajat Celsius
• Nyeri perut ringan
• Sakit tenggorokan
• Sakit kepala
• Kehilangan nafsu makan
• Tubuh terasa lelah dan lemas
Diagnosis cacar air
Sebagian besar kasus cacar air dapat didiagnosis dengan melihat karakteristik ruam di tubuh pasien. Untuk memastikan hasil diagnosis, dokter juga akan melakukan pemeriksaan penunjang berupa:• Tes darah. Dilakukan dengan mengambil sampel darah pasien untuk memastikan keberadaan infeksi virus.
• Kultur virus. Dilakukan dengan mengambil sampel cairan ruam di tubuh pasien untuk mendeteksi keberadaan virus Varicella.
Pengobatan cacar air
Metode pengobatan pada cacar air disesuaikan dengan gejala yang dialami pasien. Beberapa pengobatan tersebut antara lain:1. Pemberian obat-obatan
Dokter akan meresepkan salep atau antihistamin minum seperti diphenhydramine untuk meredakan gatal-gatal. Selain itu, untuk meredakan gejala lain, seperti sakit kepala, demam atau nyeri otot, dokter akan meresepkan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) seperti paracetamol.Perlu diingat, pemberian aspirin pada penderita cacar air sangat tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan sindrom Reye. OAINS lain seperti ibuprofen juga tidak disarankan untuk dikonsumsi karena bisa menyebabkan infeksi sekunder atau kerusakan jaringan.
Sementara pada penderita cacar air yang berisiko mengalami komplikasi, dokter akan memberikan obat antivirus, seperti:
• Valacyclovir
• Acyclovir
• Famciclovir
2. Perawatan mandiri
Cacar air yang terjadi pada penderita dengan sistem imunitas yang lemah tidak membutuhkan pengobatan khusus. Namun, ada beberapa pengobatan mandiri yang bisa dilakukan guna mengurangi gejalanya seperti berikut:• Perbanyak minum air putih dan mengonsumsi makanan yang lembut.
• Hindari menggaruk ruam atau luka cacar air.
• Gunakan pakaian berbahan lembut.
• Mandi dengan air hangat 3-4 kali sehari.
• Gunakan calamine lotion di area yang gatal.
• Beristirahat dengan cukup dan menghindari kontak dengan orang lain.
Komplikasi cacar air
Komplikasi cacar air lebih rentan terjadi pada bayi baru lahir, ibu hamil, orang dewasa yang belum pernah terkena cacar air dan orang dengan daya tahan tubuh lemah. Beberapa komplikasi tersebut meliputi:• Infeksi bakteri sekunder yang menyerang kulit, tulang, jaringan lunak dan sendi
• Infeksi aliran darah (sepsis)
• Infeksi paru-paru (pneumonia)
• Peradangan otak (ensefalitits)
• Muncul jaringan parut atau bekas bopeng
• Dehidrasi
• Kematian
Pencegahan cacar air
Cara paling efektif untuk mencegah cacar air adalah dengan melakukan vaksinasi cacar air. Vaksinasi ini sangat dianjurkan pada anak-anak dan orang dewasa yang belum menerima vaksin cacar air. Pada anak-anak, vaksinasi cacar air pertama kali dilakukan pada usia 12-15 bulan dan vaksin lanjutan diberikan ketika berusia 4-6 tahun.Sementara bagi remaja dan orang dewasa, vaksinasi cacar air diberikan dalam 2 dosis dengan rentang perbedaan waktu setidaknya 4 hingga 8 minggu. Perlu diketahui, vaksinasi cacar air tidak dianjurkan untuk ibu hamil, orang dengan daya tahan tubuh rendah dan orang yang alergi terhadap gelatin atau neomycin.
Jika anda atau keluarga mengalami gejala yang mengarah ke cacar air, sebaiknya langsung periksakan ke dokter. Nantinya, dokter akan meresepkan beberapa obat untuk meringankan gejala dan mengurangi risiko komplikasi yang dapat terjadi.