Kehamilan ektopik merupakan salah satu kondisi berbahaya yang menyebabkan lebih dari tiga perempat kematian ibu hamil pada trimester pertama. Namun, apakah seorang wanita yang memiliki riwayat kehamilan ektopik bisa kembali mengalami kondisi tersebut pada kehamilan berikutnya? Yuk, cari tahu jawabannya pada ulasan berikut ini.
Kehamilan ektopik atau kehamilan di luar kandungan terjadi akibat sel telur yang telah dibuahi tidak menempel di dinding rahim. Kondisi ini tidak hanya mengganggu kesuburan, tetapi juga bisa memberi dampak negatif pada kualitas hidup seorang wanita.
Kehamilan ektopik ini bisa terjadi secara berulang. Ibu hamil dengan kondisi ini memiliki kadar hCG pada awal kahamilan yang lebih tinggi. Risiko kehamilan ektopik berulang bisa meningkat jika bunda pernah memiliki riwayat operasi atau mengalami keguguran spontan.
Baca juga artikel Medikacare lainnya : Apa itu kehamilan ektopik - Medikacare
Mengenal kehamilan ektopik berulang
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rahim. Kondisi ini juga sering disebut sebagai kehamilan tuba, karena sering terjadi di tuba falopi. Pada kasus yang jarang terjadi, kehamilan ektopik ini juga bisa terjadi di perut.Sebuah studi menunjukkan bahwa sekitar 6 hingga 16 persen ibu hamil pada trimester pertama sering mengalami perdarahan, nyeri ataupun mengalami kehamilan ektopik. Menurut data kesehatan yang diterbitkan di March of Dimes, sekitar 1 dari 50 kehamilan di Amerika Serikat adalah kehamilan ektopik.
Kehamilan ektopik bisa membahayakan nyawa ibu hamil. Pasalnya, sekitar 10 persen kematian saat kehamilan disebabkan oleh kondisi ini. Kehamilan ektopik tidak bisa dilanjutkan hingga bayi lahir. Dikarenakan, sejauh ini belum ada teknologi yang bisa memindahkan janin yang menempel di tuba falopi ke rahim.
Penyebab kehamilan ektopik berulang
Jika bunda tidak memiliki faktor risiko, kemungkinan untuk mengalami kehamilan ektopik berulang sebenarnya cukup rendah. Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik berulang, antara lain:1. Berusia di atas 35 tahun
2. Merokok. Risiko kehamilan ektopik berulang 4 hingga 20 kali lebih tinggi pada seorang wanita yang merokok.
3. Pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya. Jika bunda pernah mengalami kehamilan ektopik, kemungkinan mengalami kehamilan ektopik berulang adalah sebesar 15 persen.
4. Pernah melakukan operasi tuba falopi atau mengalami cacat bawaan pada tuba falopi dan rahim.
5. Memiliki bekas luka di dalam area panggul yang mungkin terjadi karena pernah menjalani operasi panggul atau operasi perut.
6. Memiliki endometriosis atau gangguan pada jaringan yang melapisi rahim.
7. Memiliki riwayat penyakit menular seksual yang dapat menyebabkan penyakit radang panggul, seperti klamidia dan gonore.
8. Sering berganti-ganti pasangan seksual, sehingga memicu penyakit menular seksual.
9. Mengalami masalah kesuburan. Seorang wanita dengan riwayat ketidaksuburan memiliki risiko lebih besar mengalami kehamilan ektopik berulang.
10. Hamil saat menggunakan alat kontrasepsi IUD (intrauterine device). Risiko kehamilan ektopik berulang pada wanita yang menggunakan IUD bervariasi tergantung pada jenis IUD yang dipakai.
11. Paparan produksi hormon estrogen yang disebut dengan DES (diethylstilbestrol) di dalam rahim.
Baca juga artikel Medikacare lainnya : Keluhan yang dirasakan Ibu Hamil saar Trimester Pertama - Medikacare
Wanita yang mengalami kehamilan ektopik kerap akan mengalami kehamilan ektopik berulang. Sebuah studi menunjukkan bahwa wanita yang menjalani pengobatan kehamilan ektopik (methotrexate) dan bukan operasi memiliki risiko lebih rendah untuk mengalami kehamilan ektopik berulang.
Jika bunda merasakan beberapa gejala yang mencurigakan, seperti perdarahan saat hamil atau pernah mengalami kehamilan ektopik pada kehamilan sebelumnya, disarankan untuk melakukan pemeriksaan sedini mungkin. Pasalnya, kehamilan ektopik yang diketahui lebih awal kemungkinan dapat diatasi dengan pengobatan yang tepat.