Makanan dan minuman manis memang sangat digemari oleh banyak orang, tanpa terkecuali anak-anak. Namun, pemberian makanan atau minuman manis pada anak sebaiknya harus dibatasi, khususnya yang banyak mengandung sukrosa. Pasalnya, pemanis jenis ini bisa menimbulkan dampak negatif terhadap tumbuh kembang anak.
Sudah menjadi hal yang umum jika anak-anak menyukai makanan atau minuman manis, seperti cokelat, es krim, dan minuman berperisa buah. Umumnya, jenis makanan dan minuman ini akan menyebabkan konsumsi gula atau sukrosa si kecil menjadi berlebih dari yang seharusnya ia butuhkan. Tentunya, hal ini bisa berdampak buruk terhadap kesehatannya.
Mengenal sukrosa
Sukrosa merupakan nama lain dari gula batu atau gula pasir yang sering kita konsumsi sehari-hari. Sukrosa adalah disakarida atau gabungan dari 2 molekul, yaitu fruktosa dan glukosa. Karena hal tersebut, rasa sukrosa berada di antara keduanya, yakni lebih manis dari glukosa dan kurang manis jika dibandingkan dengan fruktosa.Saat sukrosa dicerna ke aliran darah, tubuh akan mengutamakan pemakainan glukosa, karena prosesnya cenderung lebih mudah. Sementara, fruktosa akan disimpan terlebih dahulu dalam bentuk lemak. Sukrosa merupakan gula alami yang bisa bunda temukan dalam buah-buahan, sayuran, dan kacang-kacangan.
Dampak mengonsumsi sukrosa berlebihan pada anak
Sukrosa adalah pemanis yang sering ditambahkan ke dalam makanan atau minuman kemasan. Jika dikonsumsi secara berlebihan oleh anak, akan menimbulkan dampak negatif berupa:1. Kerusakan gigi
Makanan manis memang tidak baik bagi kesehatan gigi anak. Terlalu sering mengonsumsi makanan atau minuman manis bisa menimbulkan kerusakan gigi. Sebab, sisa gula yang menumpuk di celah gigi akan bercampur dengan bakteri di dalam mulut.Jika kebersihan mulut dan gigi tidak terjaga, hal ini bisa membuat anak mengalami sakit gigi atau gigi berlubang. Bila tidak segera diatasi, si kecil akan mengalami kerusakan gigi yang diharuskan untuk mencabut gigi yang rusak.
Baca juga artikel Medikacare lainnya : Bahaya gigi berlubang pada anak - Medikacare
2. Meningkatkan risiko obesitas
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, fruktosa akan disimpan terlebih dahulu oleh tubuh sebagai lemak. Seharusnya lemak ini menjadi cadangan energi bagi anak. Sayangnya, gula dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi anak bisa berkali lipat lebih banyak dari kebutuhan energi yang sebenarnya.Alhasil, gula tersebut akan menjadi tumpukan lemak dan membuat anak mengalami obesitas. Kondisi ini tidak boleh dianggap remeh. Pasalnya, obesitas bisa mengganggu keseharian anak dan membuatnya berisiko mengalami berbagai penyakit kronis, seperti diabetes, hipertensi dan penyakit jantung di kemudian hari.
3. Mengurangi asupan nutrisi lain
Makanan yang tinggi sukrosa biasanya memiliki rasa yang sangat lezat, sehingga membuat anak tidak bisa berhenti mengonsumsinya. Hal tersebut akan membuatnya kenyang lebih cepat, padahal makanan pokok yang bunda buat belum ia konsumsi sama sekali.Jika dibiarkan terus menerus, asupan nutrisi lain yang dibutuhkan oleh tubuh anak akan berkurang karena ia tidak mengonsumsi makanan sehat yang bunda sajikan. Padahal, makanan sehat dan bergizi sangat penting dalam mendukung proses tumbuh kembangnya.
Baca juga artikel Medikacare lainnya : Makanan yang menunjang kecerdasan Bayi - Medikacare
Anak-anak yang berusia 2-18 tahun dianjurkan untuk tidak mengunsumsi lebih dari 25 gram gula pasir setiap harinya. Sementara, anak-anak yang berusia di bawah 2 tahun dianjurkan untuk tidak mendapatkan tambahan gula pasir sama sekali dalam makanannya. Maka dari itu, penting bagi bunda untuk membatasi asupan gula pada si kecil, terutama dari jenis makanan atau minuman kemasan yang banyak mengandung sukrosa.