Sindrom Asherman adalah kondisi ketika terbentuknya jaringan parut di dalam rahim atau leher rahim. Kondisi ini juga dikenal sebagai perlengketan rahim dan tergolong sebagai kasus yang jarang terjadi. Biasanya, sindrom Asherman dialami oleh wanita yang baru saja menjalani prosedur operasi pada rahim.
Jaringan parut merupakan jaringan yang terbentuk saat terjadi proses penyembuhan luka. Luka tersebut bisa muncul akibat berbagai faktor, seperti bekas cacar, terbakar, hingga bekas operasi. Pada kondisi sindrom Asherman, jaringan parut di dalam rahim akan terbentuk dan membuat bagian dalam rahim atau leher rahim menempel, sehingga ukuran rahim menjadi lebih kecil.
Berdasarkan tingkat keparahannya, sindrom Asherman terbagi menjadi 3 tingkat, yaitu:
a. Ringan, yakni ketika perlengketan rahim terjadi pada kurang dari sepertiga rongga rahim
b. Sedang, yakni ketika perlengketan rahim terjadi pada sepertiga bagian rongga rahim
c. Berat, yakni ketika perlengketan rahim terjadi pada lebih dari dua pertiga bagian rongga rahim atau hampir seluruh bagian rahim
Penyebab Sindrom Asherman
Sebagian besar kasus sindrom Asherman terjadi setelah penderitanya menjalani prosedur kuret. Biasanya, prosedur kuret ini dilakukan setelah mengalami keguguran atau mengalami kondisi plasenta yang tertahan di dalam rahim (retensi plasenta).Risiko terjadinya sindrom Asherman akan semakin meningkat jika kuret dilakukan 2-4 minggu setelah melahirkan. Selain itu, semakin banyak prosedur kuret yang dijalani, maka akan semakin tinggi pula risiko terjadinya sindrom Asherman.
Selain prosedur kuret, sindrom Asherman bisa terjadi pada wanita dengan kondisi berikut:
a. Pernah menjalani persalinan dengan operasi caesar atau penjahitan rahim
b. Menjalani radioterapi pada area panggul
c. Mengalami infeksi pada organ reproduksi
d. Menderita tuberkulosis
e. Menderita endometriosis
f. Pernah menjalani operasi pengangkatan polip atau miom
Gejala Sindrom Asherman
Gejala pada penderita sindrom Asherman bisa berbeda-beda, tergantung pada tingkat keparahannya. Berikut adalah gejala sindrom Asherman berdasarkan tingkat keparahannya:1. Ringan
Pada tingkat ringan, beberapa penderita sindrom Asherman tidak mengalami gejala apapun dan siklus menstruasi masih berjalan normal. Namun pada kondisi tertentu, penderitanya dapat mengalami gejala berupa menstruasi yang hanya keluar sedikit atau hipomenorea.2. Sedang
Pada tingkat sedang, penderita sindrom Asherman dapat mengalami hipermenorea akibat dari perlengketan rahim yang luas. Bila jaringan parut menutupi sebagian leher rahim, penderitanya juga dapat mengalami kram dan nyeri perut karena rahim akan berusaha untuk mengeluarkan darah.3. Berat
Pada tingkat yang sudah lebih parah atau berat, beberapa gejala yang dapat terjadi adalah:a. Tidak mengalami menstruasi atau amenorea
b. Kram atau nyeri perut karena aliran darah menstruasi yang terhambat
c. Menstruasi retrograde, yakni kondisi ketika aliran darah menstruasi tidak mengalir ke rongga panggul
Diagnosis Sindrom Asherman
Untuk mendiagnosis sindrom Asherman, dokter akan bertanya seputar gejala, riwayat persalinan atau kuret, dan riwayat kesehatan pasien secara menyeluruh. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berikut:a. USG transvaginal, untuk melihat kondisi rahim dan leher rahim, saluran telur, serta area panggul.
b. Tes hormon, untuk mendeteksi ada tidaknya masalah hormon yang memicu gangguan menstruasi
c. Histeroskopi, untuk melihat kondisi rahim dengan memasukkan selang kecil berkamera (histeroskop)
d. Histerosalpingogram (HSG), untuk melihat kondisi rahim dengan sinar X-ray dan zat pewarna khusus yang dimasukkan ke dalam rahim
e. Histerosonografi, untuk melihat kondisi rahim melalui USG dan bantuan larutan saline yang dimasukkan ke dalam rahim
f. MRI, untuk melihat kondisi rahim jika cara sebelumnya tidak bisa dilakukan
g. Tes darah, untuk memeriksa apakah ada kondisi lain yang menyebabkan sindrom Asherman
Pengobatan Sindrom Asherman
Pengobatan sindrom Asherman dilakukan melalui prosedur operasi untuk memperbaiki ukuran dan bentuk rongga rahim. Operasi dilakukan dengan bantuan prosedur histeroskop. Operasi ini lebih dulu dilakukan pada pasien sindrom Asherman yang mengalami rasa nyeri dan ingin hamil.Ketika operasi dilakukan, dokter akan memberikan bius total pada pasien. Setelah itu, dokter akan mengangkat jaringan parut dan melepaskan perlengketan rahim dengan bantuan alat histeroskop (selang kecil berkamera).
Setelah jaringan parut berhasil diangkat, dokter akan menempatkan balon berukuran kecil di dalam rahim selama beberapa hari. Hal ini bertujuan untuk memastikan rongga rahim tetap dalam kondisi terbuka selama proses penyembuhan dan menghindari terjadinya perlengketan.
Untuk mencegah infeksi, dokter akan memberikan antibiotik. Dokter juga dapat memberikan hormon estrogen untuk membantu dinding rahim agar pulih kembali, sehingga pasien bisa mengalami menstruasi.
Komplikasi Sindrom Asherman
Komplikasi sindrom Asherman dapat terjadi setelah menjalani pengobatan. Beberapa komplikasi tersebut adalah:a. Perdarahan
b. Perforasi rahim, yaitu luka tembus pada dinding rahim
c. Infeksi panggul
Komplikasi juga dapat terjadi pada wanita yang hamil setelah menjalani pengobatan, seperti:
a. Persalinan prematur
b. Bayi lahir dengan berat badan rendah
c. Kelainan bentuk rahim
d. Plasenta akreta
Pencegahan Sindrom Asherman
Sindrom Asherman sulit untuk dicegah. Akan tetapi, risiko terjadinya kondisi ini dapat dikurangi jika kuretase dilakukan dengan hati-hati dan dibantu dengan USG. Selain itu, pemberian terapi hormon pada wanita setelah menjalani operasi rahim diduga dapat membantu menurunkan risiko terjadinya sindrom Asherman pada wanita.Jika Anda mengalami gejala yang mengarah ke sindrom Asherman seperti di atas, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter. Pemeriksaan dini perlu dilakukan untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.